Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2018

Part XV

Kau yang ku tatap dalam dekap Kau yang mengisi ruang hati Kau yang merindu dengan caramu Kau yang berisyarat tanpa syarat Kau yang terbiasa melampaui asa Kau yang terakhir dalam penantian Kini kembali menjemput kebahagiaan

Part XIV

Sejak malam itu kaulah segalanya Kau yang tak berani memulai namun terus mencoba Kau tunduk dengan kaku namun mulutmu terus berucap Aku yang mendengar dengan tuli Aku yang berkata dengan bisu Membiarkan waktu menjadi saksi hidup Membiarkan perasaan rapuh untuk tumbuh Saat aku menjadi kamu Dan kamu menjadi aku

Part XIII

Ketika jemari berhenti menggenggam Ketika mata lelah untuk menatap Ketika kaki menunda langkah Ketika hati terlepas dari pikiran Ada saja yang bisa menguatkan Ada saja yang menabur kesabaran Dengan syukur yang selalu dipanjatkan Untukmu yang tak pernah terlupakan

Part XII

Kaukah yang memupuk rindu Kaukah yang ciptakan senja Kaukah yang menebas duri di hati Jika begitu .. Berarti kau yang selama ini ku nanti

Part XI

Umpama langit yang tak bersinar Tiupkan rindu yang mulai pudar Jauh jarak memisahkan Seiring dengan hati yang kian mengelak Untuk apa tumbuh jika tidak ada yang mau merawat Untuk apa berkembang jika akhirnya mati juga Bukan hati tak sanggup menerima Namun rindu yang tak berbalas Menyisakan rasa yang terus kandas

Part X

Kau yang di sinari mentari Kau yang di selimuti bulan Kau yang di hiasi bintang Kau yang menginjak bumi Kau yang bertudung langit Kau yang memancarkan pelangi Kau yang meneduh diantara awan yang bergandengan Kau yang berlindung diantara rumah yang bertumpuk Kau yang mengenalku Kau yang tahu buruknya diriku Semoga kau yang Allah bisikkan 19 tahun yang lalu

Part IX

Saat langkah berhenti di ujung pantai Perlahan ombak membawaku pergi Entah ke hulu atau ke hilir Aku di perebutkan oleh air dan angin Aku yang bisu oleh keadaan Hanya mengikuti arus yang berjalan Sampai aku tersandung dengan perasaan Tempat hati untuk bersandar Ingatkan 3 hal yang tak pernah pudar Waktu yang terus berputar Proses yang terus berlaga Dan hati yang terus merasa

Part VIII

Waktu mengalir dalam putarannya Seakan mengerti antara siang dan malam Menyambut rasa yang telah singgah di perjumpaan pertama Bertanya tentang sebuah tujuan untuk menggapai asa Asa yang mempertemukan kembali di bawah sinar mentari Kau kikuk tersipu malu dengan senyuman yang menggapai Lalu aku terjatuh di balik tatapan yang terkunci Tatapan yang kembali aku lihat di ujung hari kebesaran Dengan harap ada ruang untuk bertatap Saling bercengkrama melepas gundah Hai wanita berkaca mata Aku suka jika kamu tersenyum bahagia Aku suka dengan tatapanmu yang penuh asa Aku suka menyapamu dari kejauhan Tunggu aku membawa toga kesuksesan Dalam panggung yang bercahaya Kita akan kembali menatap penuh cinta Dengan buket bunga sebagai saksinya

Part VII

Perjuanganmu yang tak pernah padam Saat di hembuskannya api amarah Saat di cairkannya kerikil harapan Kau sabar menaruh hati pada pembimbing Kau selalu pasti menanti mimpi Untuk kau raih di kemudian hari Ingatkan aku dengan kesabaranmu Luluhkan hatiku dengan penantian mimpimu Dan gapai aku di setiap harimu

Part VI

Hati yang kau sentuh sedang baik-baik saja Di tempat yang sama kita kembali bersama Kali ini, kau yang memulai Lembut sapamu Ringan humormu Sederhana lakumu Hingga aku menjadi sasaran yang tepat untuk melampiaskan keangkuhanmu

Part V

Kegelapan datang bersama sibuknya pekerjaan Tak lama kau muncul di balik kegelapan Tak ada celah untuk menyinari Kau bertarung dengan kegelapan Matamu kabur saat membaca lembaran alfabet dari tugas akhir Disampingnya buku yang lain sedang menunggu giliran untuk di baca Saat itu suasana seakan membenci Iri yang tak berarti

Part IV

Saat itu hujan menyambut kedatanganmu Dengan baju abu, levis biru dan sepatu converse Kau berlari meneduh dari rintikannya Saat mengadah, kau lihat aku tertawa kecil Lalu kau balas dengan senyuman lagi Hari yang panjang menuntunku bersamamu pada lorong kantin Aku yang tak bisa berpaling Aku yang tak bisa berlari Hanya teringat bayangmu yang selalu menanti

Part III

Tak berkutik kau dihadapan Seperti biasa senyummu mengembang Tak memperdulikan keadaan sekitar Kau tetap diam dengan senyummu Hingga aku menyadarinya Saat kau sibuk dengan duniamu Sekian detik aku berani menatapmu Lalu kau sambut dengan tanya Dan ku sapa dengan jawaban Lelucon pun hadir dari rekanmu Cukup mencairkan suasana pada saat itu

Part II

Rasakan udara yang menyapa Menceritakan mata yang saling menatap Dia mengubur benih di kedua kelopaknya Mengembangkan bunga yang tak pernah layu Dia memanggil rindu untuk bersatu Menjadikan aku separuh tangkaimu Yang tak pernah hangus di makan waktu Hei .. Tatap mataku dan rasakan benih itu tumbuh Memenjarakan rindu hingga aku lumpuh Sampai aku terjatuh dalam pangkuanmu

Part I

Seketika nafasmu tertahan Ucapmu tersedak di kerongkongan Langkahmu terhenti di depan mushola Tak berkedip kedua mata Isyaratkan wanita berkacamata ada di hadapan Sibuk dengan cutter dan daging yang di potongnya Sesekali mengelap sebelah pipinya Lucu.. Akulah wanita berkacamata Aku yang mengelap sebelah pipi Lucu melihatnya kaku dengan senyum yang menggapai di pintu mushola Titipan salam pun tak luput dari bibirnya Untuk wanita berkacamata

Januari 2017

Kau yang berbaris sebagai pemimpin Aku yang mengekor di belakangmu sebagai pasukan Seakan tak tahu apa yang harus di lakukan Kikuk yang menemani keheningan Hanya mata yang berani menatap Dan tubuh yang bergerak tak tahu arah Kau tersenyum di penghujung acara Seolah mengundangku untuk membalas Namun aku tak berdaya Inginku tertahan saat langkahmu terarah Melepas dengan cara berpisah Menunggu kesempatan untuk kembali bersama